Masjid Cordoba Di Masa Kejayaan dan Kemunduran Islam
RasyaShare.COM - Masjid Cordoba Di Masa Kejayaan dan Kemunduran Islam - Di dalam sejarah Islam, masjid memegang peranan penting
untuk kemajuan peradaban. Kita sering melihat di atas kubah masjid ada lambang
bulan sabit dan bintang sebagai lambang kejayaan. Masjid yang pertama kali di
bangun Rasulullah Saw. adalah masjid Quba, kemudian masjid Nabawi. Masjid ini
selain sebagai tempat beribadah, juga tempat menuntut ilmu, bermusyawarah dan
mengatur strategi perang.
Seiring dengan berjalannya waktu, fungsi masjid semakin
sangat sentral. Di dalam kompleks masjid di bangun sekolah, perpustakaan,
laboratorium, dan observatorium. Masjid menjadi tempat yang paling banyak
dikunjungi orang daripada tempat lainnya. Orang pergi ke masjid tidak hanya berniat
beribadah di dalamnya, tetapi juga menuntut ilmu dan berdiskusi.
“Di era kejayaan Islam, masjid tak hanya berfungsi sebagai
tempat ibadah saja, namun juga sebagai pusat kegiatan intelektualitas,” ungkap
J. Pedersen dalam bukunya berjudul Arabic Book.
Sejarawan asal Palestina, AL Tibawi, menyatakan bahwa
sepanjang sejarahnya, masjid dan pendidikan Islam adalah dua hal yang tak dapat
dipisahkan. Di dunia Islam, sekolah dan masjid menjadi satu kesatuan. “Sejak
pertama kali berdiri, masjid telah menjadi pusat kegiatan keislaman, tempat
menunaikan shalat, berdakwah, mendiskusikan politik, dan sekolah,” cetus
Jacques Wardenburg.
Salah satu masjid yang paling terkenal dalam sejarah Islam
adalah Masjid Cordoba di Spanyol. Masjid ini dibangun oleh Khalifah Bani
Umayyah yang bernama Abdurrahman III. Masjid ini memiliki seni arsitektur yang
tinggi dan indah. Tinggi menaranya 40 hasta di atas batang-batang kayu berukir
dan ditopang oleh 1293 tiang yang terbuat dari berbagai macam marmer bermotif
papan catur. Di sisi selatan tampak 19 pintu berlapiskan perunggu dengan kreasi
yang sangat menakjubkan. Sementara pintu tengahnya berlapiskan lempeng-lempeng
emas. Panjang Masjid Cordoba dari utara ke selatan mencapai 175 meter dan
lebarnya dari timur ke barat 134 meter. Sedangkan tingginya mencapai 20 meter.
Setiap gerbang di masjid itu terdapat batu-bata merah dan
batu putih. Gabungan unsur batu-batu tersebut mampu mewujudkan konsep jaluran
yang menakjubkan. Konsep jaluran merah-putih itu banyak mempengaruhi seni
arsitektur bangunan di Spanyol. Hiasan dindingnya disemarakkan unsur flora dan
inskripsi dari al-Quran dalam bentuk ukiran kapur, kaca, marmar dan mozaik
emas.
Bangunan masjid ini sangat kokoh dan tahan gempa, bahkan
pada gempa keras yang pernah terjadi tahun 1793 (gempa bumi Lisabon) tidak ada
sedikitpun keretakan yang terjadi. Sedangkan bangunan Kathedral dalam bagian
masjid ini didirikan pada awal abad ke-13 masehi telah mengalami keretakan yang
saat ini masih dapat terlihat.
Selain itu, kemegahan dekorasi pada ruang shalat juga sangat
menonjolkan ruang mihrab. Lubang-lubang hiasan diletakkan pada ruangan kecil
berbentuk segi delapan. Konfigurasi yang menakjubkan pada mihrab tersebut
menjadi pusat perhatian. Kemegahan Masjid Cordoba yang bertahan hingga sekarang
menjadi saksi masa keemasan Islam di benua Eropa..
Keagungan masjid ini mencerminkan kemakmuran dan
kesejahteraan Negara tersebut. Cordoba pada saat itu menjadi pusat perdagangan,
ilmu pengetahuan, dan ibu kota kekhalifahan Bani Umayyah. Saat itu, terdapat
170 wanita yang berprofesi sebagai penulis kitab suci al-Quran dengan huruf
Kufi yang indah. Anak-anak fakir miskin pun bisa belajar secara gratis di
sekolah yang disediakan Khalifah. Aktivitas di masjid begitu semarak. Tak
heran, jika pada malam hari, masjid itu diterangi 4.700 buah lampu yang
menghabiskan 11 ton minyak pertahun
Setiap tahun perpustakaan Masjid Cordoba dikunjungi oleh
lebih dari 400.000 orang. Jumlah ini sangat jauh berbeda dengan kunjungan
orang-orang di perpustakaan-perpustakaan Eropa yang hanya mencapai 1000 orang
pertahunnya. Perpustakaan Masjid Cordoba tidak hanya dikunjungi oleh muslim,
tetapi juga non-muslim. Salah satu alumninya adalah pemimpin tertinggi agama
Katolik, Paus Sylvester II. Selepas belajar matematika di Spanyol, dia kemudian
mendirikan sekolah katedral dan mengajarkan aritmatika dan geometri kepada para
muridnya.
Masjid Cordoba telah menghasilkan ulama dan ilmuwan-ilmuwan
besar yang dikenang sepanjang masa. Beberapa di antaranya:
- Ibnu Rusyd: ahli fikih penulis kitab Bidayatul Mujtahid dan juga filosof dan dokter ternama.
- Ibnu Hazm: ahli fikih penulis kitab al-Muhalla, sastrawan, dan juga pakar studi perbandingan agama.
- Al-Qurthubi: ahli tafsir penulis kitab Tafsir al-Qurthubi.
- Ibnu Bajjah: ahli matematika ternama.
- Al-Ghafiqi: ahli botani ternama.
- Ibnu Thufayl: ahli kedokteran dan filosof ternama.
- Al-Idrisi: seorang kartografer dan geographer ternama.
- Ibnu Farnas: peletak dasar penciptaan pesawat terbang.
- Al-Zahrawi: ahli bedah yang telah menciptakan alat-alat bedah.
- Ibnu Zuhr: dokter ahli jantung ternama.
Namun sayang, sejak ditaklukkan oleh Raja Leon Alfonso VII
yang Kristen, masjid ini dirubah fungsinya menjadi sebuah gereja. Pada awal
abad ke-13, kekhalifahan Bani Umayyah tidak dapat mengatasi serbuan bangsa
Eropa yang datang dari Utara maka Cordoba ditaklukkan, termasuk masjid ini ikut
diduduki. Kemudian beberapa tiang dihancurkan dan di dalam bangunan masjid
didirikan kathedral yang diberi nama Cathedral Mezquita (Katedral Masjid). Pada
beberapa dinding masjid saat ini terlihat lambang-lambang non muslim. Sampai
saat ini masih berdentang lonceng gereja tiap beberapa menit sekali.
Mengabaikan janji mereka untuk toleran terhadap keyakinan
kaum Muslim, bangsa Spanyol yang Kristen ikut serta dalam gelombang pemaksaan,
pengusiran dan pembunuhan. Masjid-masjid dihancurkan, sebaliknya gereja-gereja
dibangun.
Kenangan pada “masa berdarah” dan perang yang selama ratusan
tahun melanda seluruh Spanyol masih hidup dalam ingatan kebanyakan orang-orang
Kristen.
Bahkan hari ini di bukit-bukit sekitar Granada, mereka masih
menggunakan doa pembaptisan lama, “Inilah anakmu: kau berikan seorang Moor
(muslim) padaku, Aku kembalikan dia menjadi seorang Kristen.”
Keruntuhan Cordoba itu tidak saja diratapi oleh Umat Islam,
tetapi juga seorang penulis Kristen Stanley Lane Poole dalam bukunya “The
Mohammadan Dynasties” mengaku betapa mundurnya peradaban Spanyol setelah
runtuhnya kerajaan Islam Cordoba.
Oleh: Abu Farras Mujahid, Bandung
Referensi : http://www.fimadani.com/
0 komentar:
Posting Komentar